Hai para generasi penerus bangsa Indonesia! Generasi yang sangat diharapkan dapat melanjutkan semua cita-cita para pendahulu untuk memajukan Indonesia. Generasi muda seperti kamu adalah ujung tombak yang bisa menjadi senjata untuk dunia melawan ketertinggalan melalui pendidikan. Hal itu pun harus bersinergi dengan slogan yang diberikan oleh Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara:
“Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani (di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, dan dibelakang memberi daya kekuatan)”
Tanggal 2 Mei ini diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas untuk kembali mengingatkan kita bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Tapi pendidikan itu bukan berarti cuma sekolah formal kayak SD, SMP, atau SMA lho guys. Pendidikan bentuknya bisa macam-macam. Apalagi di zaman modern seperti saat ini, banyak jalur pendidikan alternatif yang sebenarnya mungkin sama kualitasnya dengan sekolah formal. Mau tahu apa aja? Yuk simak bareng Hipwee News & Feature!
Hari Pendidikan Nasional tidak dilepaskan dari sosok Ki Hadjar Dewantara. Di bawah pimpinan tokoh ini, orang-orang Indonesia akhirnya bisa bermimpi mengenyam pendidikan tinggi
Kita pun sudah mengetahui bahwa di Indonesia setiap warga harus mengenyam pendidikan wajib belajar 12 tahun. Sedikit kilas balik nih, zaman dulu anak-anak Indonesia sulit mendapatkan pendidikan secara formal. Saat era Belanda masih mengusai Indonesia yang bisa mendapatkan pendidikan formal hanya kalangan anak-anak keturunan darah biru alias kaum bangsawan.
Maka dari itu Ki Hadjar Dewantara yang juga anak bangsawan merasa prihatin atas kondisi itu hingga akhirnya ia mendirikan National Onderwijs Institut Taman Siswa atau Taman Siswa pada 3 juli 1922. Inilah yang menjadi cikal bakal formula pendidikan Indonesia hingga saat ini.
FYI, makin berkembangnya sistem pendidikan, jalur alternatif pun menjadi second choice’s untuk mendapatkan kesetaraan pendidikan. Di antaranya ada program Paket A, Paket B, dan Paket C
Fakta yang terjadi di Indonesia bahwa tidak semua warga dapat sekolah secara formal. Beberapa faktor penyebab seperti keterbatasan ekonomi, waktu, kesempatan dan letak geografis menjadi penghalang seseorang untuk mendapatkan pendidikan formal yang layak.
Nah, dari keempat faktor fundamental tersebutlah hadir jalur alternatif pendidikan sebagai penopang pincangnya kesetaraan pendidikan di Indonesia. Mereka yang tidak bisa mengenyam pendidikan secara formal bisa mengambil program belajar Paket A setara SD, Paket B setara SMP, dan Paket C setara SMA. Walaupun sistem belajarnya tidak sama dengan sekolah formal, namun ijazah ketiga program belajar ini sama lho.
Sistem dan cara belajar pendidikan alternatif ini terbilang fleksibel. Tak heran jika peminatnya makin bertambah setiap tahun
Meskipun program belajar alternatif, tapi kurikulum yang diterapkan program belajar Paket A, B, maupun C sama halnya dengan kurikulum sekolah formal. Hanya saja program belajar alternatif ini memberi ruang cukup luas karena waktu belajar lebih fleksibel yang mana tidak terpaku pada jam belajar. Peserta belajar program alternatif dapat memilih jam dan tempat belajar sesuai keinginan masing-masing.
Sistem dan cara belajar baik Paket A, B, dan C sama saja yaitu kegiatan belajar akan dilaksanakan selama 2-3 jam dalam 2-3 hari setiap minggu. Untuk tempat pelaksanaannya peserta belajar dapat memilih seperti di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Kantor Organisasi Kemasyarakatan, Masjid, Gereja, maupun di rumah masing-masing khusus peserta home schooling.
Untuk mata pelajaran yang diterapkan juga sama dengan sekolah formal. Bedanya, setiap penyedia jasa program belajar alternatif memiliki program tambahan masing-masing. Ya, contohnya seperti keterampilan khusus pembuatan robot, pembuatan website, Photoshop, atau Corel Draw. Peserta belajar pun bisa memilih program tambahan tersebut sesuai kebutuhan.
Sayangnya, pendidikan alternatif ini masih menuai pro dan kontra di kalangan masayarakat
Di Indonesia sikap membeda-bedakan seringkali terjadi, dan hal ini juga terjadi pada bidang pendidikan. Program belajar alternatif masih dipandang sebelah mata oleh banyak pihak. Mereka beranggapan bahwa pendidkan jalur alternatif ini tidak layak bersaing dengan pendidikan formal yang selama ini sudah berjalan sejak dulu. Selain itu modul belajar dan tutor (pengajar) program belajar ini masih diragukan relevansinya. Ditambah lagi jam belajar yang dinilai terlalu singkat sehingga peserta belajar program ini dianggap tidak kompetitif.
“Dapat dikatan mereka para peserta didik sekolah formal merasa iri dengan peserta didik program belajar alternatif. Karena sistem, waktu dan tempat program belajar alternatif lebih santai namun ijazah yang didapat sama.”
Padahal apapun jalur pendidikannya diharapkan penerus bangsa dapat memberikan manfaat untuk diri sendiri maupun bagi negara
Kalau kita mau berpikir secara bijak, apapun cara dan jalur tempuh pendidikan tidak akan menjadi suatu masalah. Harusnya kita punya anggapan yang bisa menjadi pondasi pola pikir bahwa belum tentu peserta didik di sekolah formal lebih baik dan punya daya saing tinggi dengan peserta didik program belajar alternatif. Begitu juga sebaliknya. Semuanya kembali kepada pribadi masing-masing apakah ia mau mengembangkan diri atau tidak.
Nah, jika kamu berminat untuk menempuh pendidikan lewat jalur alternatif, sebaiknya cari informasi secara detail terlebih dahulu mengenai jasa penyedia program belajar alternatif dan tutor yang berkualitas dari Kemendiknas.
“Bila diibaratkan pendidikan merupakan sebuah tujuan. Maka, cara untuk mencapai tujuan tersebut dapat ditempuh dengan berbagai jalur. Mau secara formal atau infromal.”
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
from Hipwee https://ift.tt/2HJjHH0
Info Tentang Perawatan Rambut Klik Saja Green Angelica
0 Komentar